Thursday, May 26, 2016

Merbabu Menaklukanku

"It's not the mountain we conquer, but ourselves" - Edmund Hillary

              Quotes itu benar adanya. Alam ada bukan untuk ditaklukan tapi alam ada untuk mengajarkan kita untuk menaklukan diri sendiri. Ini pengalaman pertamaku naik gunung. Trekking pertama waktu itu ke Desa adat Wae Rebo yang memiliki ketinggian 1200 mdpl. 

              Perjalanan ini kami lakukan dari tanggal 13-16 Mei 2016. Pendakian dilakukan pada tanggal 14-16 dini hari (maklum kelas karyawan hihi). Rombongan kami ada 7 orang yaitu aku, Hana, mas Karsidiana, bang Baul, mas Joseph, mas Asyari, dan Agus. Kami berangkat dari Jakarta jam 4 sore dan sampai di Stasiun Solo Jebres sekitar pukul 01.30 pagi. Kami beristirahat dahulu dan merapikan isi tas kami sebelum berangkat. Pukul setengah 5 pagi kami menyewa taksi dengan harga Rp. 300,000 menuju Selo. Kami berhenti dahulu ke pasar Cepogo untuk menambahkan perbekalan.

nungguin laki-laki belanja sayur ahahah
            Sesampainya kami di basecamp, kami mandi, mengisi baterai hp dan lain-lain. Kurang lebih pukul 10,30 pagi kami baru memulai perjalanan.

Team!
Masih seger ahaha


                Kami mengambil jalur Selo dalam pendakian ini, Merbabu kala itu sedang berkabut tebal. Perjalanan menuju Pos 1 Dok Malang masih terasa mudah karena tenaga masih terkumpul penuh. Medan yang ditempuh juga belum terlalu berat. Sesekali harus merunduk karena jalan terhalang beberapa pohon tumbang.

Cape banget kak? *sok* haha
          Setelah cukup berisitirahat kami menuju pos bayangan yaitu Pos Kota Simpang Macan. Perjalanan ini sudah cukup agak melelahkan. Kabut semakin tebal dan menjadikan udara semakin dingin. Trek yang di lalui juga lumayan panjang untuk menuju ke pos 2. Maka di tengah perjalanan antara pos bayangan menuju ke pos 2 kami beristirahat kembali karena beberapa dari kami sudah lapar.  Hana dan Agus melanjutkan perjalanan mereka. Kami memasak mie rebus dan tempe rebus. Yup tempe rebus ahahaha. entahlah tapi enak hihi. Kami membuat kopi hitam dan berbincang-bincang dengan rombongan yang lain sambil berbagi kopi. Inilah yang aku suka dari naik gunung. Kami tidak saling mengenal satu sama lain tetapi rasa solidaritas antar pendaki cukup tinggi.



             Sesampainya di Pos 2, hujan langsung mengguyur dengan tiba-tiba. para pendaki seketika mendirikan tenda. Aku sudah mulai kedinginan, bagian pahaku linu dan sulit berdiri. Sedikit merasa bersalah karena tidak bisa membantu teman-teman yang lain mendirikan tenda. Hujan semakin deras ditambah angin yang membuat aku semakin kedinginan. Hana dan Agus sudah terlanjur mendaki duluan sehingga kami terpisah. Satu tenda terbuat tetapi tidak bisa membuat satu tenda lagi karena kami mengira pasak tenda terbawa oleh Agus. Aku langsung masuk ke dalam tenda dengan bang Baul dan bang Joseph. Mas Karsidiana dan mas Asyari naik ke atas untuk mencari Hana dan Agus.

         Beberapa saat kemudian, mereka datang dan langsung ke tenda. Hana dan Agus bercerita bahwa mereka sudah sampai ke Pos 3. Wow. Angin disana sangat kencang. Mereka tidak bisa mendirikan tenda karena berpikir pasak ada di tas mas Karsidiana. Lho jadi pasak ada di siapa?. Kami cek ternyata pasak ada di tas mas Karsidiana hmm tau gitu kita udah buat tenda satu lagi -__-. Hana di jamu oleh mahasiswa Jogja, mereka sangat baik. Mereka menyuguhi mie rebus + nasi dan kopi. Terima kasih buat mereka. Hana yang mendaki pakai celana pendek dan tidak kuat dingin tiba-tiba bisa menahan hujan badai di Pos 3 pada saat belum mendapatkan tumpangan tenda dari pendaki lain. Terkadang kalau terjebak keadaan mendesak, kita mendapatkan kekuatan lebih untuk bertahan. 

            Akhirnya kami dan beberapa pendaki lain bermalam di Pos 2. Hujan badai lebih kencang dari sebelumnya. Pahaku semakin linu dan sulit berdiri. Aku menggigil semalaman karena tidak tahan dingin. Aku membereskan semua tas keril dan isinya supaya tenda dapat ditiduri. Sementara yang lain memasak di luar dan membangun dua tenda lagi di tengah hempasan angin malam. Angin yang kencang lumayan menggoyang-goyangkan tenda yang aku pakai. Aku sudah tidak berpikir lagi kalau itu roboh karena sudah kedinginan. Dalam arti lain, sudah pasrah haha.

            Keesokan paginya, kabut masih menyelimuti Merbabu. Hujan sudah berhenti tetapi dinginnya masih terasa sekali setelah badai semalam. Aku memaksa diriku untuk keluar tenda.dengan memakai jaket dan sleeping bag haha. Bang Baul dan mas Asyari memasang flysheet dan menggelar matras untuk duduk dan membuat kopi. 

       Satu persatu bangun dan berkumpul di tengah-tengah tenda. Kabut tebal masih tidak mau beranjak. Tidak ada sunrise hari itu. Tapi sekali lagi, kita hanyalah tamu tidak boleh memaksakan alam karena alam adalah tuan rumah. Sembari menunggu kabut tebal, kami memasak dahulu. Menu kami pagi itu adalah nasi goreng, sayur sop, tempe goreng, dan ikan asin. Tidak lupa segelas kopi seduh dan agar-agar (campur wafer ga pake gula karena lupa bawa haha) sebagai dessert haha.

         Pukul 10.30 kurang kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian karena sudah terihat sedikit sinar matahari. Mas Asyari tidak ikut karena lututnya keseleo. Dia pun tinggal di tenda. Medan sudah mulai terasa menanjak. Tanjakan setan mereka menyebutnya. Baru sampai di Pos 3 Batu Tulis, Disini banyak sekali pendaki yang membuat tenda. Tenda warna warni menghiasi rerumputan. Cuaca cukup cerah. Pemandangan yang terlihat sungguh indah. What a breathtaking view! Setelah kabut yang menyelimuti Merbabu kemarin, barulah aku melihat hamparan gunungyang seolah muncul dari persembunyiannya. Aku hanya bisa melihat sekeliling dan mengagumi setiap sudut pemandangan yang disuguhi alam.




Yuk nanjak :D


            Kami melanjutkan pendakian selanjutnya ke Sabana 1. Baru sampai langsung disambut hujan rintik-rintik. Aku menumpang di sebuah tenda yang berisi adik-adik yang sedang memasak mie rebus hehe. Mereka bercerita kemarin tenda mereka roboh dan akhirnya menumpang di tenda orang lain. Dua orang wanit di dua tenda yang berbeda juga ada yang kesurupan. Tetapi untungnya ada pendaki yang bisa membantu mengeluarkan makhluk halus tersebut. Pada saat aku di dalam tenda, tiba-tiba ada perempuan mendatangi tenda kami untuk meminta logistik, Aku pun bilang hanya menumpang, adik-adik inipun sudah kehabisan logistik karena mereka memang akan turun gunung saat itu. Perempuan itu bilang mereka extend tiba-tiba karena cuaca. Rombongan mereka 12 orang sudah tidak punya makanan sama sekali, aku melihat dia baru saja mendapatkan satu liter air minum dari pendaki lain. Sedih :(

terima kasih untuk tumpangannya :)

           Hujan sudah reda, kami melanjutkan perjalanan ke Sabana 2. Udara kembali dingin, kabut kembali muncul. Trek nya tidak terlalu berat. Jalur cukup landai, tanjakan pun tidak tajam.


Sabana 2


Teletubbies :))

selalu ada waktu untuk OOTD ahaha :))


           Cuaca membuat kami sebenarnya ragu untuk melanjutkan. Namun semangat sepertinya lebih kuat dari tenaga yang kita punya. Kami melanjutkan perjalanan ke Watu Lumpang. Cuaca kembali bersahabat. Sinar matahari sesekali muncul sehingga sang kabut kembali bersesmbunyi dan hamparan hijau terlihat lagi. Tanjakan terasa cukup berat karena sudah cukup lelah.

melihat lukisan alam sambil mengagumi ciptaan-Nya :)

          

Gagahnya Merapi
              


            Perjalanan dari Watu Lumpang ke puncak membuat aku semakin semangat. Akhirnya satu lagi! pikirku. Tetapi ternyata masih ada tanjakan setan yang harus dilalui. Namun ibarat karyawan yang sedang bekerja, aku pun semangat untuk mengambil bonusku, yaitu puncak Merbabu. Sempat terjatuh karena medan yang ditempuh licin setelah hujan. Sebelum satu tanjakan terakhir, kami berpapasan dengan pendaki yang baru turun. Mereka memberikan semangat "semangat puncak sebentar lagi, semua rasa cape kebayar deh pokoknya". Huaaaa it has a big impact for me anyway. Tetapi entah mengapa, pendakian yang sebenarnya mungkin dekat tapi terasa panjang haha. Mungkin aku yang sudah tidak sabaran dan terlalu bersemangat. 

           Dan, TARRAAAAAA aku menjejakkan kaki ku pertama kalinya di puncak gunung. Gunung Merbabu 3142 mdpl. i can't explain how happy i am at that time. Proud of myself and really grateful that i could have this kinda superb experience. Tentu saja tidak lupa berterima kasih kepada semua teman-temanku dalam pendakian ini. We're supporting and help each other to reach our bonus. Semua pendaki yang berpapasan denganku, pendaki yang membantu teman-temanku dalam kesulitan, pendaki yang saling menyemangati dalam perjalanan, pendaki yang hanya mengucapkan "misi mbak" setiap berpapasan, YOU GUYS ROCK! 
          
          Aku merasa sedang mendaki bersama ratusan orang hehe. Itulah persaudaraan diantara pendaki yang tidak bisa dijelaskan. Kesombongan orang-orang perkotaan yang saling merasa insecure dengan orang asing,  tidak berlaku di gunung. But, we can't blame those insecure people. I'm one of them anyway. So many bad stranger people out there. Kita belajar untuk saling berbagi, tidak boleh egois, saling membantu teman yang kesulitan walau sebenarnya kami pun juga kesulitan.

Terima Kasih Merbabu 3142 Mdpl. Kamu menaklukanku. Membuat aku menaklukan egoku, rasa manjaku, ketidakpedulianku, dan apapun sifat burukku. 

Terima Kasih.

Puncak Kenteng Songo 3142 Mdpl









dari pos ke pos :)