Tuesday, September 9, 2014

Dieng Culture Festival 2014

Hai hai ketemu lagi di tulisan aku :)

       Kali ini aku ingin berbagi tentang perjalanan aku ke Dieng Culture Festival 2014. Acara ini diselenggarakan tanggal 30 dan 31 Agustus 2014. Aku membeli tiket kelas VIP seharga 175,000 rupiah sudah sejak bulan Mei. Perjalanan dimulai dari tempat agen Bus Sinarjaya Pasar Minggu (yang penjualnya dua ibu-ibu galak yang suka berbicara sinis) dengan harga tiketnya Rp. 90 ribu rupiah. Aku memilih bus ini karena rekomendasi dari blog-blog para pejalan. Aku turun di Banjarnegara, tempat temanku Ita yang sama-sama menulis buku "Rumah Adalah di Mana Pun". Akhirnya bertemu untuk pertama kalinya walaupun sudah ngobrol-ngobrol lewat social media hehe. Sesampainya disana aku beristirahat dan mandi, sempat juga sarapan dulu di Alun-Alun Banjarnegara. Udara sangat dingin untuk aku yang terbiasa dengan udara panas berpolusi di Jakarta. Dari rumah Ita, kami menuju Alun-Alun Wonosobo untuk bertemu teman-teman Ita yang lain yang ternyata ada yang baru kenal mereka adalah Mildan, Ade, Ken, Arum, Tasya, Rahma, Ipul, Uci, Tifha, Daan, Dedi, dan Indra. Aku dan Ita berangkat memakai motor sedangkan yang lain naik mobil. Perjalanan aku ke Dieng dimanjakan pemandangan bukit dan gunug yang sangat indah. Cuaca panas tapi udaranya dingin. Menyenangkan.
              Sampai di Dieng, tempatnya sudah penuh orang. Senang sekali melihat banyak anak muda yang datang kesini entah untuk ke DCF atau naik gunung. Aku dan teman-teman menukarkan bukti pembayaran dengan Goody Bag yang isinya ada kaos, kain batik, lampion, jagung, ID card, brosur pariwisata Jateng dan brosur acara beserta rundown.


Goody bag lover :D
Perut kami pun lapar, aku sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan khas disini yaitu Mie Ongklok ditemani dengan sate sapi. Rasanya enak, mie dengan kuah kental dan di dalamnya terdapat sayuran, tahu, tempe, dan lainnya.
Mie Ongklok

           Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk menuju ke Telaga Warna. Bau belerang sangat terasa pada saat memasuki kawasan ini. Sayang sekali aku tidak naik sampai ke atas jadi tidak bias melihat gradasi warna dengan jelas.

Telaga Warna
Sore harinya aku memutuskan untuk ke Kompleks Candi Arjuna untuk mengambil foto, kali ini aku bertiga dengan Daan dan Tiffa. Langit di sini sangat indah, biru menawan dengan awan yang sangat cantik. Aku sangat suka dengan perpaduan ciptaan Tuhan tersebut. Banyak spot yang bisa diambil untuk foto untuk yang suka fotografi.


Kompleks Candi Arjuna


          Di Sore ini, kompleks Candi Arjuna belum bisa dilihat dari dekat karena harus disterilisasi untuk acara besok pagi untuk ruwatan rambut gimbal anak-anak Dieng. Sudah diselenggarakan beberapa acara yaitu jalan sehat, pelepasan balon udara, minum purwaceng masal, pagelaran wayang kulit, dan gelar budaya tradisional. Matahari sudah ingin meredup, tapi kali itu aku tidak mendapatkan momen sunset karena tertutup bukit dan awan. Kami pun kembali ke homestay untuk bersiap-siap untuk acara selanjutnya.
           
suasana homestay :))
            Kami sudah bersiap-siap untuk ke venue acara, tujuan utama ku sebenarnya adalah pertunjukan Jazz Atas Awan. Baru keluar homestay, dinginnya hawa di Dieng sudah terasa, aku sudah memakai jaket, sarung tangan, kaus kaki, tapi serasa tidak mempan. Sesampainya disana, sedang diadakan bakar jagung bersama. Aku tidak mengikuti acara tersebut, aku langsung menuju tempat diadakannya Jazz Atas Awan. Tempatnya sudah dipadati pengunjung. Alunan music jazz dimulai, AAAAK romantis sekali malam itu, alunan musik jazz yang indah di atas dataran tinggi Dieng dan disela-sela pertunjukan diterbangkan ratusan atau ribuan lampion disusul dengan pesta kembang api. Malam itu juga ditemani bulan sabit yang letaknya tepat berada di belakang  panggung.








              Kami tidak menonton sampai selesai karena udara bertambah dingin. Setelah ku ketahui ternyata memang udara malam itu mencapai 4 derajat celcius. WOW. Di dekat pintu keluar, temanku sedang minum purwaceng, minuman khas Dieng. Aku mencoba sedikit, hmm rasanya hangat. Ternyata itu adalah minuman stamina buat para lelaki hahaha. Untunglah tidak banyak ku minum :p
              Keeseokan paginya, kami sudah bersiap-siap untuk menuju Kompleks Candi Arjuna untuk melihat ruwatan rambut gimbal anak-anak Dieng. Adik-adik kecil ini lucu sekali. Mereka berjumlah 7 anak yang sebelumnya sudah di tanyakan apa keinginannya. Semua apa yang mereka minta harus dituruti oleh orang tuanya, karena kalau tidak terpenuhi, maka prosesi ini akan gagal, meskipun rambut mereka sudah dipotong, rambbut mereka akan tumbuh gimbal lagi. Ada yang meminta apel merah, sepeda ontel warna merah dan es lilin buatan tetangga, kambing gembel, dan lain-lain. Anak sekecil itu bisa saja meminta hal-hal seperti itu haha. Pertama dilakukan Jamasan, yaitu adik-adik di berikan air di atas kepalanya. Air tersebut ditambahkan kembang tujuh rupa dan air dari Tuk Bimalukar, Tuk Kencen, Tuk Goa Sumur, Tuk Sendang Buana, Kali Pepek, dan Tuk Sibido. Setelah prosesi jamasan selesai, dilanjutkan untuk prosesi pencukuran.








            Setelah selesai, proses ini ditutup dengan pelarungan rambut gembel yaitu rambut yang sudah dicukur itu dilarung ke sungai Searyu yang akan menuju ke Laut Selatan. Sayangnya aku tidak bisa melihat prosesi ini karena keterbatasan waktu harus kembali ke Jakarta. Setelah acara ini dilangsungkan, masih ada lagi pagelaran budaya tradisional, screening film Dieng, dan penganugerahan kompetisi film Dieng. Itulah acara Dieng Culture Festival 2014, sangat seru dan banyak pelajaran yang aku dapatkan. Warisan budaya dan sejarah turun temurun yang harus kita lestarikan.  




No comments:

Post a Comment