Sunday, July 6, 2014

Salam Lumba -Lumba dari Teluk Kiluan Lampung

Hai Semua!

Kalian yang pernah baca tulisan aku sebelumnya mungkin sudah tahu kalau aku pernah gagal ke Teluk Kiluan pada tahun lalu. Tapi, aku bersyukur bisa mewujudkannya di tanggal 20-23 Juni 2014. Awalnya aku dan beberapa temanku berniat untuk mendatangi pernikahan teman kami yang diadakan disana dan sekaligus berlibur, tetapi akhirnya yang bisa hanya aku dan temanku, Hana. Kami memulai perjalanan dari sepulang dari kantor kami yang berlokasi di daerah Sudirman. Atas saran dari teman, kami berangkat dari Stasiun Gambir dengan bis DAMRI yang langsung menuju ke Lampung.

How To Get There?

1. Naik DAMRI dari Stasiun Gambir menuju Terminal Raja Basa Bandar Lampung (Kelas Bisnis Rp. 135,000 sudah termasuk snack yaitu roti dan air mineral).
2. Terminal Raja Basa ke Hanura bisa naik DAMRI (Rp. 5,000 hanya sampai +/- jam 1 siang) atau 3 kali naik angkutan umum (@ Rp. 3,000).
3. Dari Hanura sampai ke daerah Padang Cermin, naik angkutan bernama kol Rp. 15-25rb per orang.
4. Naik Ojek ke Kiluan Rp. 75,000 - Rp. 100,000.

Kiluan merupakan rumah dari para lumba-lumba. Di Indonesia, ada dua tempat yaitu di Teluk Kiluan dan di Lovina, Bali. Saya sampai sore hari di Teluk Kiluan, tukang ojek kami mengantarkan ke salah satu pemilik penginapan di sana yaitu Pak Khairil (081377695200).

Sneek Peak :D
 Kami beristirahat di homestay yang cukup nyaman. Satu malam disini Rp, 250,000 dengan biaya makan per orang Rp. 15,000. Kami sudah tidak sabar untuk menanti besok hari. Tentu saja bercengkrama dengan lumba-lumba.

Keesokan paginya, jam 6 pagi kami sudah bersiap-siap untuk menuju ke laut dengan menggunakan perahu jikung, biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 250,000 yang bisa dinaiki untuk 3 orang. Perjalanan menuju ke tempat tujuan sangat menyenangkan sambil melihat matahari terbit dari sebelah timur. Matahari menyapaku dari balik pulau seakan malu-malu hehe. Ada beberapa perahu jikung juga yang waktu itu bersamaan dengan kami untuk melihat lumba-lumba. Dalam waktu agak lama, masih belum muncul juga. Namun, aku langsung teringat para ranger d Pulau Komodo yang mengingatkanku bahwa mereka adalah hewan liar yang hidup langsung di habitatnya, bukan peliharaan. Maka kita tidak bisa memastikan untuk bertemu atau tidak, jangan salahkan tempat atau pemandunya karena memang mereka tidak disuruh atau dipancing umpan untuk memunculkan keberadaannya. Setelah matahari sudah agak mulai naik sekitar pukul 7 pagi, mereka satu persatu bermunculan. Aku sangat gemas sekali dengan lumba-lumba itu. Mereka seperti main petak umpat dan meledekku. Bagaimana tidak, mereka berkumpul dalam beberapa kawanan dan bergantian bermunculan dari sisi kanan, kiri, depan, dan belakang. Kami sudah memandang jauh di sebelah kanan, ternyata di depan kami muncul dengan cepat lumba-lumba yang menggemaskan. Aku dibuat tertawa oleh mereka, ingin aku cubit saking gemasnya haha. Aku menyerah, aku mengambil video saja karena foto selalu gagal haha maklum deh ya.

Hey human!
Woohoo aku sangat senang sekali, melihat beberapa kawanan lumba-lumba di habitat aslinya, bukan di sirkus dan sebagainya hehehe. Setelah puas melihat lumba-lumba kami menuju ke Pulau Kelapa untuk snorkeling. Airnya sangat bening, pantainya bersih. Spot untuk snorkeling pun sangat tidak diduga-duga. Saya tidak menyangka kalau hanya bergerak sekitar satu meter kedepan, langsung kami diperlihatkan aneka ragam fauna yang berwarna-warni. Ikannya menggemaskan, dia memiliki beberapa warna dan mereka gendut-gendut. Terbayang kan betapa lucunya mereka. Yah andai aku bisa berenang, aku sudah melepas pelampung ini. Masalah yang belum terselesaikan huhuhu. Untung sekali aku dipandu dengan guide, jadi kami bisa berenang sampai ke tengah. Aku merasa seperti terbang, sungguh indah. Kehidupan bawah laut memang sangat menyegarkan mata apabila dilihat. Kami cukup lama snorkeling disana, aku betah sekali hihi. Mata kami sudah segar, kami pun memutuskan untuk kembali ke homestay karena perut sudah lapar.

Setelah mandi dan makan, kami bersiap-siap kembali untuk ke Laguna Gayau. Tempat yang membuatku penasaran karena mereka bilang kami harus trekking terlebih dahulu dan menyebrang ke pulau sebelah dengan kapal. Sesampainya disana, aku sudah melakukan aksi debus. Mesin motor ratusan derajat aku pegang dengan santai karena perahuku goyang. Rasanyaaa tidak perlu ditanya, panasnya tidak hilang sampai beberapa hari. Saya langsung minta es batu untuk menetralkan panas yang hanya sedikit membantu tapi lumayan lah. Trekking yang kutemukan tidak kusangka, pertama aku harus menuruni bukit yang medannya tanah liat, sesampainya dibawah kami disuguhkan ini.


Tapi ternyata ini hanya transit, medan sebenarnya adalah bebatuan yang tersusun acak dan harus ke atas dan bawah. Kami harus memperhatikan langkah dan berpikir harus melangkahkan kaki kemana karena sangat terjal dan tidak ada pegangan.



foto sambil dagdigdug takut jatuh :p
Semua trekking ini lebih mudah jika dilakukan tanpa alas kaki. Perjalanan ini sungguh terbayar dengan pemandangan ini.



It's like a private pool


Perjalanan kembali ke homestay cukup berat karena hujan. Batu menjadi licin dan aku sedikit takut untuk melangkah. Ada satu keluarga juga yang berkunjung jadi kami bisa bersama-sama kembali ke homestay. Malamnya kami mengobrol bersama Pak Khairil dan Pak Lik, sangat menyenangkan sekali. Sekali lagi, suasana kekeluargaan itu kurasakan di saat traveling. Kami berbincang tentang perilaku wisatawan lokal dan asing yang pernah datang, bagaimana kehidupan kota yang hanya memikirkan dunia, dan lainnya.

Keesokan paginya, Pak Khairil sudah membantu kami untuk menghubungi travel untuk menjemput kami. Travel tersebut mengantar kami ke tempat penjualan tiket DAMRI yang terletak di Terminal Panjang. Harga untuk naik travel ini sebesar Rp. 75.000. Bus DAMRI ternyata sudah berangkat sejak jam 10.00 pagi, kalau ingin menunggu hanya bisa menunggu yang akan berangkat jam setengah 5 sore. Hmm cukup lama ya menunggu 5 jam lagi jadi kami memutuskan untuk melanjutkan dengan travel lain lagi dengan membayar 35 ribu sampai ke Pelabuhan Bakauheni. Sampai di pelabuhan, kami membeli tiket kapal seharga Rp. 13.000 menuju ke Pelabuhan Merak. Aku dan temanku sempat tidak merasakan kapal tersebut sudah berjalan.  Kami juga berpikir kenapa kapal ini lama sekali menunggu penumpang. Setelah beberapa lama, kami bingung melihat orang-orang sudah menuju keluar kapal. Apakah orang-orang ini jenuh? ternyataa kapal ini sudah sampai di Pelabuhan Merak. Ya ampun, aku pikir kami baru saja berjalan hahhaha. Serasa sulap, 5 menit saja dari Bakauheni ke Merak :D

Begitulah ceritaku di Teluk Kiluan, semoga bisa memberikan inspirasi untuk kesana.

Bye, see you on another trip, dear travelers!