Flashback ke awal Maret tahun 2013,
Aku dan sahabatku rhyka ceritanya ingin ikut open trip ke Kiluan karena ingin sekali melihat lumba-lumba dan pemandangannya yang indah. Aku yang baru pertama
kali mau ke Sumatera tentu aja tidak sabar. Aku sudah packing sampai barang-barang yang tidak dibutuhkan juga terbawa. Aku rasa itu baju untuk sebulan padahal hanya untuk tiga hari kalo tidak
salah (lebay). Pokoknya tas ransel aku berat -____- Meeting point waktu itu jam 12 malam di Merak. Hmm, nekat sih ini. Kami berdua tidak tahu cara menuju kesana. Yaudah deh demi si lumba-lumba kami berani. Kami berangkat pulang kantor dengan berbekal menanyakan jalan sama teman-teman sebelumnya. Kantor kami di Sudirman dan kami naik Transjakarta ke Slipi. Lalu, kami menunggu bis yang langsung menuju ke Merak. Prinsipnya kami tidak boleh terlihat seperti orang yang tidak mengetahui apa-apa. Akhirnya datang juga bis tanpa nomor dan ada kernetnya ya berteriak "Merak Merak". "Che itu bis kita!". Kami langsung naik bis tersebut.
Perjalanannya cukup lama dan jalanan yang dilalui sekelilingnya gelap. Sebenarnya takut juga karena kami tidak tahu itu tepatnya dimana. Di dalam bis kami masih saja bisa tertawa geli karena lagu yang diputar sangat lucu. Semacam lagu luar negeri yang di remix menjadi disko-disko asik gitu hahaha. Setelah perjalanan yang panjang, sampai juga di Pelabuhan Merak. Kami langsung ke tempat meeting point-nya. Tapi karena kami datang lebih awal dua jam, jadi kami duduk sambil ngemil dulu di Dunkin Donuts. Jam sudah menunjukkan setengah 12 malam tetapi tidak terlihat penampakkan orang-orang yang berkumpul. Kami sudah mulai merasa curiga. Aku minta
Rhyka untuk telfon ke contact person dari travel agent itu. Di telfon tidak
aktif, sms tidak di bales saking putus asanya kami sampai memberi pesan lewat facebook
ke orang itu. Akhirnya dia membalas juga melalui fb dan menelfon balik si Rhyka. Dari
gelagat-gelagat temen aku kayanya ada firasat buruk. Ternyata benar, orang
itu bilang kalo dia ngerasa udah ngasitau ke semua peserta open trip kalo Trip ke Kiluan di undur. ANJRIT! Aku sama Rhyka udah
gatau mau nangis apa gimana saking keselnya. Ke Merak dari kantor aja udah
perjuangan banget. Bawa tas dan bawaan berat sambil berdesakan di busway dan harus jalan melewati jalanan busway semanggi yang kayanya
panjang banget.
Aku : "Cuy
gue ga mau pulang"
Rhyka: "yaudah
kemana, kami ga mungkin juga ke Kiluan sendiri"
Aku : "yaudah
ke Pulau Seribu aja deh ke Pulau Pari gitu kami kan belum pernah"
Rhyka: "Kalo ke
Pulau Pari masih berani gue, tapi ntar disananya gimana. Kami blm pesen
apa-apa"
Percakapan di atas
terjadi dengan nada putus asa. Pokonya kalo ketemu kami pas waktu itu kasian
banget haha. Maklum lah waktu itu belum pernah buat perjalanan sendiri. selalu
mengandalkan open trip.
Akhirnya kami memberanikan diri untuk ke
Pulau Pari sendiri, lagi-lagi tanpa tau naik apa dan gatau disana gimana. Kami
mampir ke mushola waktu itu untuk ke toilet sambil mikirin kami naik bis apa
soalnya kami pikir bisnya bakal ada pagi-pagi. Sampai akhirnya kami melihat orang-orang yang mungkin baru turun dari kapal lalu kami mengikuti mereka. Alhamdulillah mereka menuntun kami ke terminal bis, sudah ramai sekali ternyata. Banyak yang menawarkan ke kota-kota apapun aku sampai pusing. Kepala aku juga udah kaya ter-setting untuk geleng-geleng. Dan
tiba-tiba ada yang menawarkan ke Tanjung Priok dan aku geleng-geleng. Setelah
jalan beberapa meter, aku baru sadar.
"lah cuy itu ke Tanjung Priok
kenapa gw geleng-geleng ya"
"lah iya ya yaudah ayo" jawab
Rhyka.
Akhirnya kami malah ngejar-ngejar si mas
yg tadi lalu diantar ke bis dia. Bis itu menunggu sampai penuh penumpang dulu, hampir dua jam tidak jalan. Di bis ini yaa begitu, aku agak curiga sama yg duduk di belakangku. sempet melihat tangannya ke depan ke arah tasku. Sejak itu aku tidak
bisa tidur dan terus memperhatikan keadaan.
Kami
turun di pedongkelan, Jakarta Utara terus naik taksi ke Muara Angke, disinilah
kebingungan dimulai hmm. Sampai di Muara angke yang kami tuju yaitu toilet. Di
tengah antrian yang panjang, kami ketemu sama orang yang sedang antri toilet
juga. Namanya mas Harto.
Rhyka : "Mas mau
kemana mas?
Mas Harto: " saya mau ke Pulau
Pari"
Aku :
"Mas kira-kira masih ada lagi slot untuk dua orang?"
Mas Harto: " Wah saya juga kurang
tau. Soalnya diajak juga sama sodara saya"
Akhirnya datang juga saudara Mas Harto dan kami
menceritakan keadaan hingga bisa sampai disini. Dia menanyakan ke
teman-temannya, dan memberitahukan ke kami kalau hanya bisa untuk satu orang.
Hmm yah sudahlah mau gimana lagi, mungkin kami akan nekat aja disana.
Tapi selang beberapa waktu, kami diberitahu kalau bisa ikut rombongan mereka.
YEAY! akhirnyaaaa.
Pada
saat bertemu rombongan mereka, kaget juga sih. Mereka sekitar 18 orang
laki-laki semua hahah. Sepertinya kami bakal menghancurkan rencana liburan
mereka :p Perjalanan mereka diketuai oleh Mas Welly. Dia memberitahukan
ternyata ada temannya yang gagal ikut tapi sudah membayar jadi kami diminta
untuk bayar setengahnya saja. Bayar penuh juga tidak apa-apa sih sebenarnya
soalnya mereka benar-benar membantu banget.
Kami
berangkat ke Pulau Pari bersama-sama, aku udah lelah banget karena tidak bisa tidur
sejak kemarin. Sampailah kami di Pulau Pari, kami langsung menuju ke rumah
penginapan yang sudah di pesan. Mereka mempersilahkan kami untuk memilih kamar,
tentu saja aku sama rhyka tidak terlalu mementingkan hal itu, tidur di kasur
luar juga tidak apa-apa karena ini memang trip mereka. Tapi mereka
mempersilahkan kami untuk memilih kamar yang ada AC nya sedangkan beberapa dari
mereka tidur di kasur luar. Hmm ya sedikit tidak enak juga Kami langsung disuguhkan
makan siang. Setelah makan siang, kami langsung snorkeling. Jika dibandingkn dengan Pulau Tidung, disini lebih
banyak ikannya. Walaupun aku tidak bisa berenang tapi snorkeling tetep jadi kegiatan favorit kalo jalan-jalan. Kadang
jadi nyusahin orang sih haha.
Setelah
snorkeling, kita kembali ke penginapan untuk mandi dan ganti baju karena kita
akan main ke Pantai Pasir Perawan. Yeay, dari namanya saja sudah unik dan bikin
penasaran. Kita naik sepeda menuju kesana, belum lengkap kalau ke Pulau Seribu
tidak main sepeda hehehe. Sesampainya disana, WOW tidak menyangka di Jakarta
ada pantai seindah ini. Pasirnya putih dan lebih bersih dibandingkan Pulau
Tidung. Disini juga lebih banyak, pada saat itu ada semacam gathering perusahaan yang mengadakan
lomba tarik tambang. Kelihatannya seru sekali.
Hari sudah mulai sore kami
bergegas untuk ke spot untuk melihat matahari terbenam. Senja yang sangat
indah. Warna orens merekah membuat bayangan hitam kapal-kapal yang lewat. Setelah
puas bermain disana, kami kembali untuk makan malam. Saking terbawa suasana, aku sempat berpikir kalo aku lagi di Bali. Suasananya hangat, walaupun kita
baru kenal tapi sudah seperti teman lama. Makan malam selesai dan saatnya
kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Matahari
pagi menyambut pagi itu. Kami segera bergegas untuk melihat matahari terbit. Moment
favorit aku selain matahari terbenam. Cuaca sedikit mendung sehingga matahari
terbit tidak terlalu terlihat tapi cukup indah untuk diabadikan.
Setelah
selesai berfoto, kami segera menuju tempat untuk menanam tanaman mangrove. Seru
sekali, ini pengalaman pertama aku menanam mangrove langsung. Setelah setahun
sudah seperti apa ya tanaman yang kami tanam? Hehe.
Selesai sudah kegiatan dua hari
satu malam di Pulau Pari. Sungguh mengesankan, pengalaman jalan-jalan yang
spontan dan tidak terencana justru menghantarkan ke teman-teman baru yang baik.
Thanks for being gentleman guys! Nice to meet you all. Hope we can have another
trip again. hehehe