Thursday, May 26, 2016

Merbabu Menaklukanku

"It's not the mountain we conquer, but ourselves" - Edmund Hillary

              Quotes itu benar adanya. Alam ada bukan untuk ditaklukan tapi alam ada untuk mengajarkan kita untuk menaklukan diri sendiri. Ini pengalaman pertamaku naik gunung. Trekking pertama waktu itu ke Desa adat Wae Rebo yang memiliki ketinggian 1200 mdpl. 

              Perjalanan ini kami lakukan dari tanggal 13-16 Mei 2016. Pendakian dilakukan pada tanggal 14-16 dini hari (maklum kelas karyawan hihi). Rombongan kami ada 7 orang yaitu aku, Hana, mas Karsidiana, bang Baul, mas Joseph, mas Asyari, dan Agus. Kami berangkat dari Jakarta jam 4 sore dan sampai di Stasiun Solo Jebres sekitar pukul 01.30 pagi. Kami beristirahat dahulu dan merapikan isi tas kami sebelum berangkat. Pukul setengah 5 pagi kami menyewa taksi dengan harga Rp. 300,000 menuju Selo. Kami berhenti dahulu ke pasar Cepogo untuk menambahkan perbekalan.

nungguin laki-laki belanja sayur ahahah
            Sesampainya kami di basecamp, kami mandi, mengisi baterai hp dan lain-lain. Kurang lebih pukul 10,30 pagi kami baru memulai perjalanan.

Team!
Masih seger ahaha


                Kami mengambil jalur Selo dalam pendakian ini, Merbabu kala itu sedang berkabut tebal. Perjalanan menuju Pos 1 Dok Malang masih terasa mudah karena tenaga masih terkumpul penuh. Medan yang ditempuh juga belum terlalu berat. Sesekali harus merunduk karena jalan terhalang beberapa pohon tumbang.

Cape banget kak? *sok* haha
          Setelah cukup berisitirahat kami menuju pos bayangan yaitu Pos Kota Simpang Macan. Perjalanan ini sudah cukup agak melelahkan. Kabut semakin tebal dan menjadikan udara semakin dingin. Trek yang di lalui juga lumayan panjang untuk menuju ke pos 2. Maka di tengah perjalanan antara pos bayangan menuju ke pos 2 kami beristirahat kembali karena beberapa dari kami sudah lapar.  Hana dan Agus melanjutkan perjalanan mereka. Kami memasak mie rebus dan tempe rebus. Yup tempe rebus ahahaha. entahlah tapi enak hihi. Kami membuat kopi hitam dan berbincang-bincang dengan rombongan yang lain sambil berbagi kopi. Inilah yang aku suka dari naik gunung. Kami tidak saling mengenal satu sama lain tetapi rasa solidaritas antar pendaki cukup tinggi.



             Sesampainya di Pos 2, hujan langsung mengguyur dengan tiba-tiba. para pendaki seketika mendirikan tenda. Aku sudah mulai kedinginan, bagian pahaku linu dan sulit berdiri. Sedikit merasa bersalah karena tidak bisa membantu teman-teman yang lain mendirikan tenda. Hujan semakin deras ditambah angin yang membuat aku semakin kedinginan. Hana dan Agus sudah terlanjur mendaki duluan sehingga kami terpisah. Satu tenda terbuat tetapi tidak bisa membuat satu tenda lagi karena kami mengira pasak tenda terbawa oleh Agus. Aku langsung masuk ke dalam tenda dengan bang Baul dan bang Joseph. Mas Karsidiana dan mas Asyari naik ke atas untuk mencari Hana dan Agus.

         Beberapa saat kemudian, mereka datang dan langsung ke tenda. Hana dan Agus bercerita bahwa mereka sudah sampai ke Pos 3. Wow. Angin disana sangat kencang. Mereka tidak bisa mendirikan tenda karena berpikir pasak ada di tas mas Karsidiana. Lho jadi pasak ada di siapa?. Kami cek ternyata pasak ada di tas mas Karsidiana hmm tau gitu kita udah buat tenda satu lagi -__-. Hana di jamu oleh mahasiswa Jogja, mereka sangat baik. Mereka menyuguhi mie rebus + nasi dan kopi. Terima kasih buat mereka. Hana yang mendaki pakai celana pendek dan tidak kuat dingin tiba-tiba bisa menahan hujan badai di Pos 3 pada saat belum mendapatkan tumpangan tenda dari pendaki lain. Terkadang kalau terjebak keadaan mendesak, kita mendapatkan kekuatan lebih untuk bertahan. 

            Akhirnya kami dan beberapa pendaki lain bermalam di Pos 2. Hujan badai lebih kencang dari sebelumnya. Pahaku semakin linu dan sulit berdiri. Aku menggigil semalaman karena tidak tahan dingin. Aku membereskan semua tas keril dan isinya supaya tenda dapat ditiduri. Sementara yang lain memasak di luar dan membangun dua tenda lagi di tengah hempasan angin malam. Angin yang kencang lumayan menggoyang-goyangkan tenda yang aku pakai. Aku sudah tidak berpikir lagi kalau itu roboh karena sudah kedinginan. Dalam arti lain, sudah pasrah haha.

            Keesokan paginya, kabut masih menyelimuti Merbabu. Hujan sudah berhenti tetapi dinginnya masih terasa sekali setelah badai semalam. Aku memaksa diriku untuk keluar tenda.dengan memakai jaket dan sleeping bag haha. Bang Baul dan mas Asyari memasang flysheet dan menggelar matras untuk duduk dan membuat kopi. 

       Satu persatu bangun dan berkumpul di tengah-tengah tenda. Kabut tebal masih tidak mau beranjak. Tidak ada sunrise hari itu. Tapi sekali lagi, kita hanyalah tamu tidak boleh memaksakan alam karena alam adalah tuan rumah. Sembari menunggu kabut tebal, kami memasak dahulu. Menu kami pagi itu adalah nasi goreng, sayur sop, tempe goreng, dan ikan asin. Tidak lupa segelas kopi seduh dan agar-agar (campur wafer ga pake gula karena lupa bawa haha) sebagai dessert haha.

         Pukul 10.30 kurang kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian karena sudah terihat sedikit sinar matahari. Mas Asyari tidak ikut karena lututnya keseleo. Dia pun tinggal di tenda. Medan sudah mulai terasa menanjak. Tanjakan setan mereka menyebutnya. Baru sampai di Pos 3 Batu Tulis, Disini banyak sekali pendaki yang membuat tenda. Tenda warna warni menghiasi rerumputan. Cuaca cukup cerah. Pemandangan yang terlihat sungguh indah. What a breathtaking view! Setelah kabut yang menyelimuti Merbabu kemarin, barulah aku melihat hamparan gunungyang seolah muncul dari persembunyiannya. Aku hanya bisa melihat sekeliling dan mengagumi setiap sudut pemandangan yang disuguhi alam.




Yuk nanjak :D


            Kami melanjutkan pendakian selanjutnya ke Sabana 1. Baru sampai langsung disambut hujan rintik-rintik. Aku menumpang di sebuah tenda yang berisi adik-adik yang sedang memasak mie rebus hehe. Mereka bercerita kemarin tenda mereka roboh dan akhirnya menumpang di tenda orang lain. Dua orang wanit di dua tenda yang berbeda juga ada yang kesurupan. Tetapi untungnya ada pendaki yang bisa membantu mengeluarkan makhluk halus tersebut. Pada saat aku di dalam tenda, tiba-tiba ada perempuan mendatangi tenda kami untuk meminta logistik, Aku pun bilang hanya menumpang, adik-adik inipun sudah kehabisan logistik karena mereka memang akan turun gunung saat itu. Perempuan itu bilang mereka extend tiba-tiba karena cuaca. Rombongan mereka 12 orang sudah tidak punya makanan sama sekali, aku melihat dia baru saja mendapatkan satu liter air minum dari pendaki lain. Sedih :(

terima kasih untuk tumpangannya :)

           Hujan sudah reda, kami melanjutkan perjalanan ke Sabana 2. Udara kembali dingin, kabut kembali muncul. Trek nya tidak terlalu berat. Jalur cukup landai, tanjakan pun tidak tajam.


Sabana 2


Teletubbies :))

selalu ada waktu untuk OOTD ahaha :))


           Cuaca membuat kami sebenarnya ragu untuk melanjutkan. Namun semangat sepertinya lebih kuat dari tenaga yang kita punya. Kami melanjutkan perjalanan ke Watu Lumpang. Cuaca kembali bersahabat. Sinar matahari sesekali muncul sehingga sang kabut kembali bersesmbunyi dan hamparan hijau terlihat lagi. Tanjakan terasa cukup berat karena sudah cukup lelah.

melihat lukisan alam sambil mengagumi ciptaan-Nya :)

          

Gagahnya Merapi
              


            Perjalanan dari Watu Lumpang ke puncak membuat aku semakin semangat. Akhirnya satu lagi! pikirku. Tetapi ternyata masih ada tanjakan setan yang harus dilalui. Namun ibarat karyawan yang sedang bekerja, aku pun semangat untuk mengambil bonusku, yaitu puncak Merbabu. Sempat terjatuh karena medan yang ditempuh licin setelah hujan. Sebelum satu tanjakan terakhir, kami berpapasan dengan pendaki yang baru turun. Mereka memberikan semangat "semangat puncak sebentar lagi, semua rasa cape kebayar deh pokoknya". Huaaaa it has a big impact for me anyway. Tetapi entah mengapa, pendakian yang sebenarnya mungkin dekat tapi terasa panjang haha. Mungkin aku yang sudah tidak sabaran dan terlalu bersemangat. 

           Dan, TARRAAAAAA aku menjejakkan kaki ku pertama kalinya di puncak gunung. Gunung Merbabu 3142 mdpl. i can't explain how happy i am at that time. Proud of myself and really grateful that i could have this kinda superb experience. Tentu saja tidak lupa berterima kasih kepada semua teman-temanku dalam pendakian ini. We're supporting and help each other to reach our bonus. Semua pendaki yang berpapasan denganku, pendaki yang membantu teman-temanku dalam kesulitan, pendaki yang saling menyemangati dalam perjalanan, pendaki yang hanya mengucapkan "misi mbak" setiap berpapasan, YOU GUYS ROCK! 
          
          Aku merasa sedang mendaki bersama ratusan orang hehe. Itulah persaudaraan diantara pendaki yang tidak bisa dijelaskan. Kesombongan orang-orang perkotaan yang saling merasa insecure dengan orang asing,  tidak berlaku di gunung. But, we can't blame those insecure people. I'm one of them anyway. So many bad stranger people out there. Kita belajar untuk saling berbagi, tidak boleh egois, saling membantu teman yang kesulitan walau sebenarnya kami pun juga kesulitan.

Terima Kasih Merbabu 3142 Mdpl. Kamu menaklukanku. Membuat aku menaklukan egoku, rasa manjaku, ketidakpedulianku, dan apapun sifat burukku. 

Terima Kasih.

Puncak Kenteng Songo 3142 Mdpl









dari pos ke pos :)







Thursday, February 12, 2015

Meet up with my Bali bestfriends :)

Naik gunung Rinjani gagal?
Cuti udah terlanjur diambil. Hmm, aku tidak perlu berpikir panjang. Yup, kemana lagi selain ke Bali. My favorite island so far hehehe. 


        Aku memiliki beberapa sahabat yang tinggal di Bali, jadi aku memutuskan untuk menghabiskan cuti ku kesana. Senang sekali bertemu mereka setelah beberapa tahun. Perjalanan ini aku lakukan tanggal 9-14 September 2014. Perjalanan aku dimulai dari Bandara Soekarno Hatta. Kesenangan aku sudah terasa dari perjalanan aku ke bandara, Ini adalah pengalaman pertama aku untuk naik pesawat sendirian. Perjalanan di pesawat terasa lama, mungkin aku sudah tidak sabar untuk cepat-cepat sampai hihi. Akhirnya sore itu aku sampai di Bali, aku sudah dijemput oleh temanku Icha di Bandara Ngurah Rai. Huaaa Bali + teman-teman lama = Super Happy.
         Kami menuju rumah teman kami yang lain yaitu Susan. Dia sudah menunggu di rumahnya. Sesampainya di rumah Susan, kita langsung memikirkan tempat yang asik untuk berbincang-bincang. Akhirnya kita memutuskan untuk ke The Champlung Bar and Restaurant. Tempat ini bersebelahan dengan restaurant La Plancha. Matahari sedang terik membuat suasana sangat tentram dan hangat di sore itu. Menikmati matahari terbenam dan diiringi musik jazz bersama teman-teman lamaku.


beautiful evening :)
The sun wants to go to sleep


Our chill evening :D

           Selesai menikmati sunset dan makan sore, Icha ada keperluan dengan temannya jadi aku dan Susan melanjutkan wisata kuliner kami ke The Bistrot Vintage Cafe di Seminyak. Jujur aku sudah cukup kenyang dengan pasta yang aku makan tadi tapi rasanya sayang kalau melewatkan malam di Bali kalau tidak mencoba restaurant di daerah Seminyak. Pengunjung The Bistrot semuanya berasal dari wisatawan asing, hanya kami berdua pada saat itu warga lokal. Tempatnya nyaman dan hangat, pas untuk berbincang dan makan malam. Desain interiornya bernuansa vintage. Dindingnya masih dibiarkan dengan batu bata dengan lukisan-lukisan memenuhi dinding tersebut. Restaurant ini terdiri dari dua lantai, Kami memilih untuk duduk di lantai dua. 

The only locals :))


Huaaa i'm FULL! 
           Kami akan menemui Icha lagi karena dia sudah selesai bertemu dengan temannya. Lalu kami berpikir lagi akan kemana. Dannnnn kami pergi ke tempat dessert favorit apalagi kalau bukan Gelato Ice Cream. Hmm tadi aku bilang aku udah full ya, tapi tetap saja tidak bisa menahan godaan. Mampirlah kami ke Lello Lello Gelato.


            Okay, itu adalah dessert hari ini. Baru hari pertama tapi sudah makan sebanyak itu hahaha. But, i'm happy anyway. i'm not on diet tho :)). Kami kembali ke rumah Susan untuk mengambil barang-barangku dan menuju kos Icha karena aku akan menginap disana. 

            Hari kedua di Bali, aku dan Icha memutuskan untuk bermain ke 101 hotel Legian untuk sekedar bermain di kolam renang. Icha mungkin bisa berenang tapi aku tidak. Jadi aku hanya menyebur di kolam yang cetek itu haha. Untuk berenang di kolam dan mendapat minum kami membayar Rp. 110,000 per orang. 




           Setelah "main air" kami makan siang di Nasi Bali Resto and Lounge. Pelayanannya agak lama, kami sudah kelaparan menunggunya. Setelah makan siang, kami kembali ke kos Icha, dia bersiap-siap untuk berangkat kerja. Hari itu Icha ingin meminjamkan aku motor apabila mungkin aku ingin bepergian. Jadi aku ikut Icha ke tempat kerjanya di Hotel Double Six Seminyak. Setelah sampai, aku bingung cara pulangnya. Icha memberitahu untuk pakai aplikasi Waze supaya bisa sambil dituntun karena Waze dapat berbicara untuk menunjuk jalan sehingga aku bisa pakai headset sambil membawa motor. HUAA di Jakarta sama sekali tidak pernah membawa kendaraan sendiri karena takut dan tidak tahu jalan. Baru kali itu aku benar-benar memperhatikan jalanan supaya dapat hafal jalan kembali pulang. Sering banget berenti di jalan dan liat handphone akhirnya, tidak apa-apa deh yang penting akhirnya dengan mengharukan aku sampai juga di kos Icha di daerah Denpasar :)))
          Akhirnya aku juga tidak jadi kemana-mana karena ternyata aku mengantuk jadi aku tidur saja di kos Icha sampai malamnya aku dijemput sahabat aku, Fahd yang kebetulan bekerja di Bali. Dia mengajak aku makan di Wingdome. Pada saat itu tempatnya sepi, sayap ayamnya hmm tidak terlalu recommended karena agak asam sausnya.



           Hari berikutnya, Icha mengantar aku ke rumah Susan karena aku akan menginap di rumahnya. Aku dan Susan pergi ke Potato Head Beach Club. Aku suka sekali suasananya, sangat santai. Memang untuk harga relatif mahal. untuk sepiring pasta harus mengeluarkan sekitar 140ribuan. Mungkin ini harga yang dibayar untuk suasana yang ditawarkan.







           Selesai main di Potato Head, aku kembali ke rumah Susan dan bersiap-siap karena aku akan menginap di rumah teman lamaku yang lain. Hidup aku berpindah-pindah ya hihihi. Hari sudah petang aku sudah janjian dengan Guteri untuk bertemu di mal. Malam itu kami mengunjungi teman SMA ku yang kebetulan baru saja memiliki anak pertama, kebetulan sekali jadi aku dan Guteri mengunjungi anaknya di rumah sakit. Setelahnya kami bertemu teman Guteri bernama Mba Eva untuk memberikan kejutan ulang tahun temannya yaitu Mas Oik.


cobain Polaroid Cam :))

Keesokan harinya aku menemani Guteri untuk lari pagi latihan menjelang Bali Marathon 2014. Pagi itu cerah sekali di Pantai Sanur. Banyak pedagang yang menjajakan makanan jadi lapar hihi.


          Setelah Guteri dan teman-teman selesai lari, kami sarapan di Warung Santai Sanur. Tempatnya tidak terlalu besar, tetapi nyaman untuk duduk dan sarapan. Disitu aku berkenalan dengan teman-teman Guteri. Ada Wira, Dendy, Pak Dewa, dan lain-lain hihi banyak soalnya. Itulah yang aku suka dari traveling. Siangnya aku dan Guteri bersiap-siap untuk mengambil race pack BMBM (BII Maybank Bali Marathon) 2014 di Hotel Sofitel Nusa Dua.




            Sorenya, kami bertemu lagi dengan Mba Eva dan Mas Oik. Kali ini aku ikutan ditraktir sama Mas Oik hahaha. Kami makan di Borneo Restaurant, sesuai dengan namanya tempat ini bayak sekali tanaman sehingga membuat sangat teduh dan segar. Ada terdapat beberapa buku, seperti yang tampak dibelakang kami. Tempatnya juga tidak terlalu ramai jadi cocok untuk orang yang memang menyukai ketenangan.





          Aku dan Guteri kembali ke kos Guteri karena akan bertemu lagi dengan Susan dan Icha. Kali ini aku akan bertemu dengan teman yang lain yaitu trio Wahyu, Jovan, dan Benni. Mereka selalu bertiga sepertinya. Oleh karena itu aku menyebutnya trio saja ya :))) Akhirnya bisa lengkap juga hehe. Mereka semua alumni STP Nusa Dua, aku seperti menyusup di sela-sela reuni mereka hahaha. It's really nice to know them :)



          Pagi-pagi buta aku dan Guteri sudah harus bergegas untuk ke lokasi BMBM 2014 yang bertempat di Bali Safari and Marine Park Gianyar. Ini pertama kali juga aku akan melihat event lari secara langsung. Tempat sudah ramai sekali dengan para peserta. Aku sepertinya benar-benar salah kostum :( Mereka sudah siap pakai sepatu lari bahkan yang menonton pun juga pakai sepatu lari, sedangkan aku pakai sandal jepit haha. 


barengan foto sama adik kecil :))
              Selagi Guteri dan teman-teman berlari, Aku ditemani Mas Jeje menunggu mereka di garis finish. Kami sarapan dulu di tempat yang sudah disediakan untuk berjualan. Kami harus membeli uang-uangan untuk di belikan makanan. Kali ini Mas Jeje traktir aku nasi jinggo dan teh hangat. Kami sempat mengobrol tentang pekerjaan. Yup, pekerjaan Mas Jeje dkk adalah semacam EO yang membuat beberapa event lari di Indonesia, kali ini mereka jadi peserta. Asik juga sepertinya hehe

uang-uangan yang ditukarkan untuk membeli makanan. It's cute!

Congrats Half Marathon Runners!


Biggest hoax :p

Setelah selesai, aku dan Guteri kembali ke kos dan beberapa teman Guteri datang menjemput untuk makan siang. Mereka adalah Michel, Herbert, dan Liza. Kami makan siang dan mereka mengantar aku sampai bandara Ngurah Rai. 


Well, That's all my story at Bali. My beautiful moment with my bestfriends and never give up to come back again. Bali is not my hometown but i feel like it is my third home after Jakarta and my own hometown, Yogyakarta.

Always Love you, Bali and the people!
and of course my Bali bestfriends :)

XOXO

Tuesday, September 9, 2014

Dieng Culture Festival 2014

Hai hai ketemu lagi di tulisan aku :)

       Kali ini aku ingin berbagi tentang perjalanan aku ke Dieng Culture Festival 2014. Acara ini diselenggarakan tanggal 30 dan 31 Agustus 2014. Aku membeli tiket kelas VIP seharga 175,000 rupiah sudah sejak bulan Mei. Perjalanan dimulai dari tempat agen Bus Sinarjaya Pasar Minggu (yang penjualnya dua ibu-ibu galak yang suka berbicara sinis) dengan harga tiketnya Rp. 90 ribu rupiah. Aku memilih bus ini karena rekomendasi dari blog-blog para pejalan. Aku turun di Banjarnegara, tempat temanku Ita yang sama-sama menulis buku "Rumah Adalah di Mana Pun". Akhirnya bertemu untuk pertama kalinya walaupun sudah ngobrol-ngobrol lewat social media hehe. Sesampainya disana aku beristirahat dan mandi, sempat juga sarapan dulu di Alun-Alun Banjarnegara. Udara sangat dingin untuk aku yang terbiasa dengan udara panas berpolusi di Jakarta. Dari rumah Ita, kami menuju Alun-Alun Wonosobo untuk bertemu teman-teman Ita yang lain yang ternyata ada yang baru kenal mereka adalah Mildan, Ade, Ken, Arum, Tasya, Rahma, Ipul, Uci, Tifha, Daan, Dedi, dan Indra. Aku dan Ita berangkat memakai motor sedangkan yang lain naik mobil. Perjalanan aku ke Dieng dimanjakan pemandangan bukit dan gunug yang sangat indah. Cuaca panas tapi udaranya dingin. Menyenangkan.
              Sampai di Dieng, tempatnya sudah penuh orang. Senang sekali melihat banyak anak muda yang datang kesini entah untuk ke DCF atau naik gunung. Aku dan teman-teman menukarkan bukti pembayaran dengan Goody Bag yang isinya ada kaos, kain batik, lampion, jagung, ID card, brosur pariwisata Jateng dan brosur acara beserta rundown.


Goody bag lover :D
Perut kami pun lapar, aku sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan khas disini yaitu Mie Ongklok ditemani dengan sate sapi. Rasanya enak, mie dengan kuah kental dan di dalamnya terdapat sayuran, tahu, tempe, dan lainnya.
Mie Ongklok

           Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk menuju ke Telaga Warna. Bau belerang sangat terasa pada saat memasuki kawasan ini. Sayang sekali aku tidak naik sampai ke atas jadi tidak bias melihat gradasi warna dengan jelas.

Telaga Warna
Sore harinya aku memutuskan untuk ke Kompleks Candi Arjuna untuk mengambil foto, kali ini aku bertiga dengan Daan dan Tiffa. Langit di sini sangat indah, biru menawan dengan awan yang sangat cantik. Aku sangat suka dengan perpaduan ciptaan Tuhan tersebut. Banyak spot yang bisa diambil untuk foto untuk yang suka fotografi.


Kompleks Candi Arjuna


          Di Sore ini, kompleks Candi Arjuna belum bisa dilihat dari dekat karena harus disterilisasi untuk acara besok pagi untuk ruwatan rambut gimbal anak-anak Dieng. Sudah diselenggarakan beberapa acara yaitu jalan sehat, pelepasan balon udara, minum purwaceng masal, pagelaran wayang kulit, dan gelar budaya tradisional. Matahari sudah ingin meredup, tapi kali itu aku tidak mendapatkan momen sunset karena tertutup bukit dan awan. Kami pun kembali ke homestay untuk bersiap-siap untuk acara selanjutnya.
           
suasana homestay :))
            Kami sudah bersiap-siap untuk ke venue acara, tujuan utama ku sebenarnya adalah pertunjukan Jazz Atas Awan. Baru keluar homestay, dinginnya hawa di Dieng sudah terasa, aku sudah memakai jaket, sarung tangan, kaus kaki, tapi serasa tidak mempan. Sesampainya disana, sedang diadakan bakar jagung bersama. Aku tidak mengikuti acara tersebut, aku langsung menuju tempat diadakannya Jazz Atas Awan. Tempatnya sudah dipadati pengunjung. Alunan music jazz dimulai, AAAAK romantis sekali malam itu, alunan musik jazz yang indah di atas dataran tinggi Dieng dan disela-sela pertunjukan diterbangkan ratusan atau ribuan lampion disusul dengan pesta kembang api. Malam itu juga ditemani bulan sabit yang letaknya tepat berada di belakang  panggung.








              Kami tidak menonton sampai selesai karena udara bertambah dingin. Setelah ku ketahui ternyata memang udara malam itu mencapai 4 derajat celcius. WOW. Di dekat pintu keluar, temanku sedang minum purwaceng, minuman khas Dieng. Aku mencoba sedikit, hmm rasanya hangat. Ternyata itu adalah minuman stamina buat para lelaki hahaha. Untunglah tidak banyak ku minum :p
              Keeseokan paginya, kami sudah bersiap-siap untuk menuju Kompleks Candi Arjuna untuk melihat ruwatan rambut gimbal anak-anak Dieng. Adik-adik kecil ini lucu sekali. Mereka berjumlah 7 anak yang sebelumnya sudah di tanyakan apa keinginannya. Semua apa yang mereka minta harus dituruti oleh orang tuanya, karena kalau tidak terpenuhi, maka prosesi ini akan gagal, meskipun rambut mereka sudah dipotong, rambbut mereka akan tumbuh gimbal lagi. Ada yang meminta apel merah, sepeda ontel warna merah dan es lilin buatan tetangga, kambing gembel, dan lain-lain. Anak sekecil itu bisa saja meminta hal-hal seperti itu haha. Pertama dilakukan Jamasan, yaitu adik-adik di berikan air di atas kepalanya. Air tersebut ditambahkan kembang tujuh rupa dan air dari Tuk Bimalukar, Tuk Kencen, Tuk Goa Sumur, Tuk Sendang Buana, Kali Pepek, dan Tuk Sibido. Setelah prosesi jamasan selesai, dilanjutkan untuk prosesi pencukuran.








            Setelah selesai, proses ini ditutup dengan pelarungan rambut gembel yaitu rambut yang sudah dicukur itu dilarung ke sungai Searyu yang akan menuju ke Laut Selatan. Sayangnya aku tidak bisa melihat prosesi ini karena keterbatasan waktu harus kembali ke Jakarta. Setelah acara ini dilangsungkan, masih ada lagi pagelaran budaya tradisional, screening film Dieng, dan penganugerahan kompetisi film Dieng. Itulah acara Dieng Culture Festival 2014, sangat seru dan banyak pelajaran yang aku dapatkan. Warisan budaya dan sejarah turun temurun yang harus kita lestarikan.